Minggu, 06 Agustus 2017

#mudik

Yeaaa, nulis lagi, setelah sekian lama 😄
Awalnya sih nggak niat-niat banget nulis hal nggak penting ini, cuman karena kemarin dalam perjalanan mudik ada nostalgia tipis-tipis..lalu terlintaslah buat nulis cerita yang sama sekali nggak penting ini 😅
Jadi begini, weekend kemarin aku dan suami mudik dengan mengendarai motor (kendaraan roda 2). Durasi perjalanan sekitar 3,5-4 jam. Hasilnya, begitu sampai rumah sih nggak langsung tepar karena kan kangen-kangenan sama Bapak Ibu..ngobrol-ngobrol gitu deh. Naaah..besoknya..aku tidur dari jam 12an sampai jam setengah 3an. Ya Allah badan rasanya remuk 😖 Daan..kemarin kami balik lagi ke rumah di ibu kota provinsi, naik motor lagi, durasinya lebih lama karena iring-iringan sama adek yang kebetulan sekolah di kabupaten dan mampir di kosan adek buat istirahat. Begitu sampai rumah, nggak pikir panjang lagi langsung ngrebus air buat bikin minuman hangat sama ngrendam kaki pakai air garam. Fiuuuhhh..segar.
Mikirnya, kok bisaaa, cuma perjalanan 4 jam badan udah berasa remuk, padahal begitu nyampe tujuan juga langsung istirahat. Padahal dulu, zaman kuliah zaman rajin hiking (baca: mendaki gunung) kuat-kuat aja. Biasanya pendakian dimulai setelah segudang aktivitas sebelum keberangkatan. Mulai dari kuliah, belanja logistik, packing, dll. Keberangkatan pendakian dari meeting point sih tergantung tujuan gunung yang mau didaki. Seringnya berangkat malam dengan perjalanan yang nggak sebentar, motoran dengan bahu menanggung carrier. Sesampainya di basecamp pendakian registrasi, packing ulang bila perlu, minum teh, makan cemilan, ke toilet dan lain-lain yang dilakukan serba cepat karena harus segera berangkat mendaki. Besoknya, setelah turun dari gunung, cuma istirahat sebentar dengan aktivitas yang hampir mirip dengan aktivitas sebelum mulai mendaki, setelah selesai langsung cuss pulang ke rumah masing-masing, motoran lagi. Sesampainya di kosan, kehidupan kembali ke kenyataan. Beres-beres peralatan pendakian, bersih-bersih badan, tidur. Besoknya, kembali kuliah dengan seabrek tugas. Daan, aku baik-baik saja. Capek-capek biasa lah ya karena masih kuat berangkat ngampus, merpus, nugas dan lain-lain seperti biasa. Beda banget dengan keadaan sekarang, baru motoran 4 jam, santai, nyampe tujuan langsung istirahat aja udah tepar. Yeah, fisik mulai melemah karena lama tak diasah. Diasah mendaki gunung maksudnya. Heheeee. Yaa memang sih, aku nggak suka olahraga. Kalau ditanya sukanya olahraga apa, jawabanku hanya 1, mendaki gunung 😆

Baiklah, cukup sekian cerita nggak pentingnya 😁

Rabu, 02 Maret 2016

Cara Membayar Pajak Motor yang Terlambat hampir 1 tahun tanpa KTP di Samsat Sleman DIY

Hai hai haiii.. mau share nih tentang cara mengurus pajak motor yang terlambat hampir 1 tahun dan tanpa KTP pemilik tangan pertama.
Jadi begini,
Permasalahan pembayaran pajak motor dimulai ketika aku merantau di Jogja dan dibelikan ortu motor second untuk mempermudah mobilisasi selama disini. Karena aku gak terbiasa, tepatnya gak pernah ngurus-ngurus administrasi motor jadilah keribetan itu terjadi.
Di STNK masa berlakunya habis tanggal 5 April 2015 dan aku baru nyadar setelah lewat tanggal, itupun yang mengingatkan teman kampus dan pakde-budeku. Nah akhirnya kan aku bingung harus gimana karena memang sebelumnya nggak pernah ngurus yang kayak beginian -_-.
Akhirnya Pakde ku mengusulkan untuk membayar pajak motor via calo karena gak ada KTP orang yang namanya tertulis di BPKB. Nah berhubung aku malas ngurus dan aku dengar dari salah seorang teman kalo terlambat ngurus pajak motor 1 hari maka dihitung 1 tahun..ya udah..makin malas ngurus jadinya.
Sampai akhirnya aku diwanti-wanti pakde dan bapak supaya tahun ini gak telat lagi bayarnya..daan akhir Februari kemarin aku ke kantor samsat Sleman, sendiri, setelah sebelumnya nanya sama teman yang ternyata dia pake jasa calo. Begitu sampai dan parkir motor aku langsung ditanyai sama orang, entah tukang parkir atau apa. Yah begitulah, ditanya mau ngurus apa, syaratnya lengkap atau enggak, mau dibantu atau ngurus sendiri. Karena temanku pake jasa calo, akhirnya aku coba bernegosiasi dengan pak calo. Beliau merange biaya pembayaranku untuk PKB dan denda 1 tahun habisnya Rp 270.000,- belum biaya jasa calo Rp 20.000,- nembak KTP Rp 60.000,- biaya administrasi di loket IVc Rp 20.000,- dan biaya apalah-apalah yang totalnya Rp 410.000,- untuk pajak telat 1 tahun. Nah kebetulan aku ini orangnya gak gampang percaya, ku tanya-tanyalah orang itu segala macam dan penjelasan dia kurang memuaskan. Waktu itu aku sempat setuju Rp 410.000,- dan aku langsung ke ATM buat ngambil uang. Setelah dari ATM calonya bilang kalo mau bayar sekalian tahun yang baru mahal, dendanya aja udah 400ribuan. nah loh kagetlah aku kok mahal banget. Akhirnya aku gak jadi bayar pajak hari itu dan pulang ke kos. Sesampai di kos aku googling aja cara menghitung pajak motor yang terlambat, nah dari situ kan ada rumusnya, setelah aku hitung ternyata jauh banget biayanya, artinya calonya banyak banget ngambil untung. Euuh. Sesampainya di kos, ceritalah aku sama mas calon dan dia nyaranin buat nyari pemilik pertama motor yang aku pake sekarang buat minta bantuan bayar pajak motor. Akhirnya, besoknya aku minta tolong ditemenin Nofiar temanku dari Kalimantan buat nyari alamat di STNK.
Nyari alamat orang itu amaze, giliran alamatnya ketemu orangnya gak ada lagi disitu. Yasudah, akhirnya aku minta temenin Fiar sekalian ke samsat. Sesampainya di samsat aku menghindari calo dan langsung ke pos satpam nanya gimana caranya ngurus pajak motor tahunan tapi nggak ada KTP, trus pak satpam bilang bisa pake KTM tapi harus ngurus ke TU baru bisa masuk loket IVc. Clinggg secepat kilat aku langsung motokopi KTM dan meluncur ke ruang TU di bagian belakang deretan loket. Sesampainya disana ternyata antri, fiuuh. Ternyata gak cuma aku yang bermasalah dengan pajak motor. Ckck.
Petugas TUnya baaaiiik banget, ramah, the best lah pokoknya. Aku diminta menunjukkan fotokopi KTP, KTM, STNK dan BPKB + menunjukkan yang asli. Jadi ceritanya aku dibantu dengan nembak KTP. Gratis. (Padahal calo bilang bayar Rp 60.000,-). Setelah dari TU aku langsung ke loket IVc buat masukin berkas dan nunggu dipanggil. Lumayan lama, banget malah, mana gerah, lapar, upss. Sampai akhirnya nomor antrianku dipanggil, yeaaayyy, dan ternyata jumlah total yang harus aku bayar sebanyak Rp 454.000,- beda tipislah sama yang pak calo bilang. Eits tunggu, Rp 454.000,- ini udah termasuk pajak tahun terbaru. Jadi PKB dan SWJR 2 tahun totalnya Rp 355.000,- dan total denda PKB+denda SWJK Rp 99.000,- dan total keseluruhan Rp 454.000,- masa berlaku sampai 5 April 2017. Nah kaaan bayangkan kalo pake jasa calo, Rp 410.000,- baru pajak tahun ini, kalo sama pajak tahun terbaru habisnya bisa sekitar 600ribuan, pak calo kipas-kipas duit 250ribu deh =D. Setelah STNK selesai langsung ditawarin beli plastik STNK di lobby samsat, murah kok cuma Rp 1.000,-.
Jadi, total biaya yang aku keluarkan buat ngurus pajak motor yang terlambat 1 tahun dan tanpa KTP+bayar pajak tahun terbaru adalah Rp 454.000,- (pajak dan denda) + Rp 1.000,- (plastik STNK) + Rp 1.000,- (fotokopi KTM KTP) + Rp 2.000,- (parkir) = Rp 458.000,- ngurus sendiri tanpa calo.
Nah bagi teman-teman yang punya masalah yang mirip denganku semoga tulisan ini bermanfaat. Ingat, jangan sampai terjebak calo kecuali kepepet, wkwk. Gampang kok ngurusnya, cuma harus berani nanya-nanya juga, ingat nanyanya sama petugas samsat jangan sama calo, hahaa. Dan yang paling penting harus sabar, bawa minum, bawa makanan, bawa bacaan, dan bawa teman buat ngobrol karena nunggu prosesnya lumayan lama sekitar 1-2 jam.
jangan lupa bayar pajak ya, berusahalah menjadi warga negara yang baik.
Salam :)

Selasa, 06 Oktober 2015

Mt. Semeru 3676 mdpl, 13-17 Mei 2015




Puncak Tertinggi Jawa. Mt. Semeru 3676 mdpl

Rabu, 13 Mei 2015 kuliah terakhir sebelum long weekend. Aku pamitan dan minta doa restu teman-teman di kelas untuk pendakian kali ini. Belanja dan packing. Selesai. Jam 6  sore sebelum maghrib aku diantar Nofiar ke terminal bus Rosalia Indah. Sesampainya disana baru ada Bara, Yayak, Mella dan beberapa orang lainnya yang aku belum kenal. Aku bergegas shalat maghrib karena memang sengaja nggak shalat di kos karena takut ketinggalan bus. Sekitar jam 7 p.m. aku dan rombongan sebanyak 1 orang yang terdiri dari aku, Azum, Fany, Mella, Yayak, Bara, Aryo, Agus, dan Denny berangkat menuju Malang. Ngapain?? Jadiii, ceritanya kita ini mau mendaki ke Semeru. 3676 mdpl. Are you sure?? Hmmhhh,, actually, i'm not sure. Why??? Karena sebenarnya, kondisi kesehatanku waktu itu kurang baik. Entah gugup atau sakit atau apa. Yang jelas badanku nggak enak. Tapi bukan Ambar namanya kalau nyerah sama keadaan. Apalagi ini tentang misi pendakian ke puncak tertinggi Jawa. Narget muncak sih enggak, sesampainya aja, karena aku sadar banget gimana kondisi fisikku dan juga aku pergi tanpa restu orangtua. Horor sebenarnya hiking ke gunung setinggi itu dengan berbagai mitos di dalamnya tanpa izin dan restu orangtua. Tapi yasudahlah. Karena kalau aku izin dengan ibu bapak aku sangat tau apa jawaban mereka, jadi lebih baik aku akan ceritakan semuanya setelah aku kembali ke Jogja. Nekat !
Kamis, 14 Mei 2015 sekitar jam 3 a.m. bus kami sampai di Malang. Masih sangat pagi, tetapi aktivitas masyarakat di pasar tradisional sudah sangat ramai. Kami diberhentikan entah dimana dan bayar berapa itu urusan bendahara, aku hanya ngumpul data dan uang, dan terima beres. Enak yaaa. Heheeew. Setelah diturunkan dari bus kami pun berjejer rapi di pinggir jalan raya menanti angkot yang akan mengangkut kami ke pasar Tumpang. Nggak lama kemudian ada angkot yang menghampiri kami dan mulailah ibu dan bapak bendahara melancarkan aksi tawar menawarnya dan berangkatlah kami ke pasar Tumpang. Pasar Tumpang adalah pasar yang menjadi akses transport terakhir menuju desa Ranu Pane. Yeay. Sesampainya di Pasar Tumpang aku segera menghubungi teman-temanku dari Banjarmasin yang sudah seperti keluarga karena satu kampus, satu kelas, dan partner di organisasi. Setelah bertemu dengan teman-temanku sebut saja bang Halim, Julian, Aghan dan Anisa aku dan teman-teman cewek dari Jogja segera menuju masjid untuk melaksanakan shalat subuh dan bersih-bersih badan. Dan alangkah terkejutnya, kami dilarang shalat. Alasannya? Kata bapak penjaga mesjid waktu subuh sudah habis, jadi kami dilarang masuk mesjid. Aku dan teman-teman langsung shock. Ada ya umat muslim dilarang masuk rumah Allah. Rasanya itu aneeeh dan bingung. Yasudahlah akhirnya kami diperbolehkan untuk sekedar cuci muka. Dan memang benar masjidnya dikunci secara keseluruhan. Kami juga diusir oleh bapaknya untuk segera meninggalkan masjid karena masjid akan dikunci. Lho kok ada ya rumah ibadah tapi gini. Entahlah. Mungkin itu cara warga disana menjaga mesjid mereka. Bawa senyum ajaaa :)
Setelah membereskan muka dan barang bawaan kami segera menyusul teman-teman kami di sebelah selatan pasar untuk menegosiasi jeep. Lamaaaaaaa sekaliii. Hshhhh rasanya semakin nggak karuan, nggak ada kepastian kapan kami akan diangkut menuju Ranu Pane. Hari semakin siang dan kami khawatir tidak dapat kuota. Kenapa khawatir? Karena pendakian gunung Semeru menerapkan sistem kuota. Dan kuota maksimal 500 orang setiap harinya kalau nggak salah. Padahal, hari itu, jumlah pendaki yang tumpah ruah di pasar Tumpang jumlahnya sangat banyak, mungkin ratusan. Belum terhitung yang sudah berada di Ranu Pane, Ranu Kumbolo, Kalimati dan Puncak.
Setelah lama menunggu akhirnya kami diberangkatkan dengan naik....TRUK! Wow. Nggak seindah dalam film 5cm guys. Haha. Rasakan rasakan. Aku sih enjoy aja karena udah biasa naik truk. Zaman Lat-Das mapala dan Dik-Sar KSR PMI selalu saja truk menjadi angkutan yang setia mengangkut kami dari kampus ke hutan raya. Nikmati sajaa. Yang nggak nikmat itu panasnya, debunya. Kalau kebersamaan sih sudah pasti. Itu yang dicari dalam setiap perjalanan. Moment kebersamaan baik susah maupun senang yang nggak tergantikan oleh apapun. Dan aku menikmatinya. 
Perjalanan dari pasar Tumpang-Ranu Pane kurang lebih 2 jam. Perjalanannya? Wuhuuuu jangan ditanya. Amazing ! Haha. Jalannya meliuk-liuk berasa naik roller coaster tapi bonusnya view yang bikin hati dan mulut kita nggak berhenti menyebut nama Allah. Subhanallah. Masya Allah. Allahu Akbar. Pemandangannya sangat cantik. Cantik. Cantik.
Dan aku jatuh cinta dengan taman nasional ini. Terus. Terus dan terus.





Setelah menempuh perjalanan 2 jam akhirnya kami sampai di Ranu Pane, disambut udara dingin dan debu yang luar biasa. Kami pun bergegas ke posko registrasi, breafing dan makan sebelum memulai pendakian. Aku lupa jam berapa kami mulai mendaki. Yang ku ingat hari masih siang dan aku sempat berfoto di depan gerbang pintu masuk pendakian. Heheh.






Jalur treknya sih lumayan, nggak terlalu nanjak. Tapi rasanya badanku nggak karuan dan jalanku lambaat. Akhirnya setelah beberapa jam berjalan teman-teman mengintrogasi barang bawaanku dan mereka membongkar carrierku dan bilang…”pantesaaaan kayaknya berat banget carriernya ternyata isinya buanyakk”. Iyalah gimana nggak berat kalau yang ku bawa itu ada oksigen 2 tabung, gas 2 tabung, wortel 1 kg, kentang 1 kg dan entah apa lagi. Akhirnya mereka mengurangi barang bawaanku dan badanku rasanya langsung melayang karena berat bebanku dikurangi. Btw thanks guys, hehe. Jalanku pun menjadi cepat. Rasanya nggak karuan. Hari mulai gelap. Aku dan teman-teman terus berjalan melewati pos demi pos yang nggak sempat ku abadikan karena mengejar waktu ingin segera sampai di Ranukumbolo. Sampai di pos 2 aku dan teman-teman istirahat sejenak untuk sekedar mengisi perut. Hari mulai gelap dan udaranya sangat dingin menusuk tulang. Brrrrr. Aku jalan berdua dengan Novian. Dia bertugas untuk mencari camp area di Ranukumbolo karena dikhawatirkan area camp penuh melihat banyaknya pendaki yang naik. Jalanan macet. Karena nggak tahan dingin akhirnya aku ikut Vian. Kami pun berjalan sangat cepat hingga akhirnya kami kelelahan, istirahat dan bertemu dengan teman kami yang lain dan melanjutkan perjalanan bersama-sama. Sepanjang perjalanan Vian terus berbagi pengalamannya tentang mendaki gunung. Dan ini kali ketiga dia ke Semeru. Wow. Karena terus bercerita sepanjang jalan, nggak terasa kami semua sampai di atas Ranukumbolo. Vian bilang di bawah kita Ranukumbolo. Dengan sisa semangat dan sisa tenaga aku dan teman-teman lainnya bangun, berusaha melihat, tetapi zonk. Gelap euy. Yang terlihat hanya lampu-lampu penerangan dari tenda pendaki di camp area. Kamipun istirahat, meluruskan kaki, meletakkan carrier dan menikmati bintang yang bertaburan di langit sambil menunggu teman kami yang masih tertinggal di belakang.  Setelah anggota tim lengkap, kami segera mencari lokasi untuk mendirikan tenda. Jauh. Karena camp area standar di Ranukumbolo sudah penuh. Entah berapa ratus tenda yang berdiri disana. Akhirnya kami mendirikan tenda di Cemora telu. Katanya sih karena lokasi tempat kami mendirikan tenda ada di antara pohon cemara. Apa iya? Iya aja deh karena beberapa cowok udah survei dan mendirikan tenda di sana. Suhunya gimana? Ohhh jangan ditanya. Seandainya bawa thermometer mungkin angkanya menunjukkan minus sekian derajat Celcius. Sangat-sangat dingin, menggigil. Brrrrrrr. 











Tim ku terdiri dari 5 orang. Putra putri Kalimantan Selatan. Aku, Aghan, Nisa, Julian dan Bang Halim. Ternyata Julian nggak tahan dingin. Alhasil yang mendirikan tenda bang Halim, dan aku membantu sedikit meski dilarang sama bang Halim. Aku nggak tega ngelihat dia ndirikan 2 tenda sendirian, mana udaranya dingin banget. Brrrr. Selesai mendirikan tenda kami segera menghangatkan diri dengan memasak air dan makanan. Berkumpul dalam 1 tenda supaya hangat untuk makan dan minum. Setelah selesai bang Halim keluar dan tidur sendirian di tendanya. Sedangkan kami berempat 1 tenda. Meskipun berempat, suhu masih terasa sangat dingin, membuat kami menggigil dan susah tidur meskipun kami sudah ganti baju, berlapis baju jaket celana kaos kaki sarung tangan dan sleeping bag. Ya Tuhaaaaan dingin sekaliii.
Jumat, 15 Mei 2015 hari mulai terang tapi suhunya masih dingin banget. Aku bangun dan memberanikan diri membuka pintu tenda dikiiit aja buat ngintip view di luar. Subhanallah. Cantiiiiiiiiiikkk banget view Ranukumbolonya. Refleksi pohon dan tenda di permukaan danau benar-benar membuat aku setuju bahwa Ranukumbolo adalah surganya gunung Semeru.
Tanpa membuang waktu aku segera keluar dari tenda untuk menikmati setiap detik yang ku punya di surganya gunung Semeru dengan mengabadikan momen, puas-puas memandangi penampakan surga dan yang pasti foto selfie, foto salam dan bikin video. Berlebihan? Nggak lahh wajar dong karena perjuangan kesininya aja luar biasa. Yang penting kita nggak buang sampah sembarangan dan tetap jaga kebersihan alam.
Nggak terasa udah berjam-jam mengabadikan momen dan aku mulai lapar. Akhirnya aku dan timku masak seadanya dengan logistik yang kami bawa dari rumah. Yahh ala-ala survivor. Setelah makan dan beres-beres kami mengabadikan momen lagi sebelum kami bertolak ke Kalimati.
Aghan dan Nisa memutuskan untuk stay di Ranukumbolo karena fisik mereka nggak memungkinkan untuk meneruskan perjalanan, sedangkan aku, bang Halim dan Julian ikut meneruskan perjalanan dengan tim ku dari Jogja. Karena Aghan bakal stay di Rakum, dia minta temenin Julian ke Tanjakan cinta dan Oro-oro ombo buat foto. Akhirnya aku dan bang Halim sepakat buat nungguin Julian buat trek bareng ke Kalimati. Sementara tim dari Jogja berangkat duluan ke Kalimati, aku dan bang Halim masih setia nunggu Julian. Nunggu nunggu nunggu dan nunggu. Berjam-jam kami nunggu tapi Julian nggak muncul-muncul juga. Bang Halim pun kasih deadline sampai jam 2 kalau mereka belum datang kami berangkat berdua ke Kalimati. Akhirnya sampai jam 2 mereka belum muncul, aku dan bang Halim berangkat bawa tenda tanpa peralatan masak dan logistik. Kami meninggalkan Nisa dan nitip pesan supaya nanti Julian nyusul kami dan bawa logistik serta peralatan masak, kami nunggu di Cemoro Kandang sampai jam 3 p.m. Dan kemudian berangkatlah kami ke Kalimati. Berjalan sambil menikmati pemandangan dan mengabadikan momen dengan berfoto hingga sampailah kami di tanjakan cinta. Woooooow. Ternyata memang berat menapaki tanjakan cinta. Pantas saja, pemandangan pendaki yang mendaki tanjakan cinta dari tenda yang terlihat seperti semut, ternyata memang benar-benar tanjakan dan bikin ngos-ngosan. Bang Halim mau buktiin mitos tanjakan cinta yang katanya kalau kita terus berjalan tanpa melihat ke belakang sambil memikirkan orang yang kita sayang, harapan kita terkabul, katanya. Tapi apa daya bang Halim dia gagal mbuktikan mitos karena ku gangguin dan ku paksa lihat ke belakang. Haha. Rugi lah bang kalau nggak lihat ke belakang, pemandangannya cantik banget. Hfffff.
Setelah sampai di puncak tanjakan cinta kami istirahat sebelum meneruskan perjalanan ke oro-oro ombo. Waktu turun dari oro-oro ombo kami memilih jalur pintas yang lebih curam tapi bonus viewnya luar biasa. Berjalan diantara Verbena brasiliensis yang warnanya ungu. Berasa di padang Lavender semu. Lalalalaaaaa. Mata kami tidak pernah lelah menikmati pemandangan keajaiban Tuhan di depan mata. Sejauh mata memandang, hamparan bunga Verbena, pegunungan, sabana..luar biasa.. Subhanallah..tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Melangkah dan terus melangkah. Kami pun mencari teman. Dapat. Yeay. 2 orang pendaki dari kota mana ya lupa, yang mau ke Kalimati juga. Jadi aku ajakin ngobrol deh mas-masnya ngajakin barengan. Basa-basi sih, lebih tepatnya modus karena aku dan bang Halim khawatir tersesat. Hiks. Ehhh ternyata kami sampai di Pos Cemoro Kandang. Dan coba tebak kami bertemu siapa? Novian! Alhamdulillah…. Bahagiaaaaaaa banget rasanya kami ketemu Vian. Ternyata dia beneran nungguin kami. Padahal lama banget hampir 4 jam. Ya ampun Vian… seneeeng banget rasanya. Dan coba tebak berita apa yang aku dan bang Halim dengar? Vian bilang, dia lihat Julian dan Aghan dari Kalimati. Ya ampun, rasanya jengkeeeeelll banget aku sama bang Halim. Kami berdua nungguin mereka berjam-jam. Pamitnya cuma mau ke tanjakan cinta dan oro-oro ombo ternyata sampai kalimati. Ya iyalah nggak nyampe-nyampe. Rasanya menyumpah dalam hati dan bersyukur kami telah mengambil keputusan dengan tepat dengan berangkat tanpa mereka. Setelah istirahat sebentar kami segera meneruskan perjalanan melewati hutan pinus, hutan mati. Perjalanannya cukup melelahkan. Sekitar 4 jam perjalanan dengan trek yang cukup melelahkan dan antri. Kami juga melewati Pos Jambangan yang banyak Edelweisnya. Dan dari Jambangan, Mahameru terlihat jelas dengan sulfutara dari kawah Jonggrang Seloka. Bikin semakin semangat buat cepat sampai di Kalimati. Hmmmmh. Hari mulai gelap. Kami bertiga terus berjalan sementara bang Halim terus menapak tilas jejak film 5cm. haha bang Halim bang Halim ada-ada aja. Taraaaaa akhirnya sampailah kami di Kalimati. Dan kamipun teriak-teriak manggil teman-teman kami yang udah nyampe duluan. Kenapa teriak? Karena jumlah tenda yang ada di Kalimati banyaaaak sekali. Mungkin ratusan tenda. Wooooow. Kamipun segera mencari tenda teman-teman kami daaaan dapat. Alhamdulilah. Mereka udah ndirikan tenda dan lagi sibuk masak. Setelah melepas carrier, cerita kenapa bisa kemalaman dan istirahat, aku membantu mereka menyiapkan makan malam sementara bang Halim mendirikan tenda. Setelah makan malam dan breafing sebentar, kami istirahat untuk persiapan summit attack dini hari nanti. Hmmm whateverlah yang penting aku mau tidur. Dingin dan capek banget rasanya. Hiksss. Akhirnya tidurlah aku bertiga dalam tenda dengan bang Halim dan Vian. Aku paling pinggir, bang Halim di tengah dan selanjutnya Vian. Huuaaaaa mau tau berapa lapis baju dan celana yang ku pakai?? Ratusaann! Eh enggak kok. Cuma atasan 5 lapis dan bawahan 4 lapis. Pake jilbab, tapih, sarung tangan, kupluk jaket 2, kaos kaki entah berapa lapis dan pakai sepatu. Berasa kayak mumi. Haha. Dan dengan keadaan seperti itupun aku masih menggigil. Hellooow. Niatnya tidur, istirahat malah nggak bisa tidur. Ya Allah dingin bangettt. Coba kalau di kos mesti nggak bakal kedinginan, tidur di kasur, anget.. hmmm. Sssttt sudahlah inikan pilihan, nggak boleh mikir gitu. Hari yang panjang. Tidur tidur tidur..paksa tidur. Zzzzzzzz.
Sabtu, 16 Mei 2015 waktu menunjukkan pukul 2 a.m. hoaaammm sudah pagi ternyata. Suhu masih sangat tidak bersahabat. Kami semua segera keluar tenda dan breafing penentuan siapa saja yang summit attack dan siapa yang stay. Akhirnya dari sekian rombongan yang stay di tenda Vian dan Fajar. Yang lain berangkat. Aku dan bang Halim?? Hmmm. Aku dan bang Halim ngobrol dari hati ke hati. Ceileh nggaklah. Cuma kami berdua sama-sama nggak yakin bisa nyampe puncak. Masalahnya, keadaan jalur treknya itu super macet. Kelihatan dari camp, kerlap-kerlip lampu senter pendaki menumpuk di beberapa tempat, artinya, maceeeet ! daan setelah lama ngobrol akhirnya aku dan bang Halim sepakat buat ikut summit attack.
Oke, mari kita mulai trekking. Benar-benar trekking ditengah suhu yang sangat tidak bersahabat dan hujan abu. Baru beberapa meter dari camp nafasku udah mulai nggak stabil, kepalaku mulai pusing karena suhu ekstrem. Ya. Aku memang alergi suhu dingin dan debu. Asma. Arrghhhh ! aku harus bisa, aku kuat, aku nggak boleh nyusahin mereka. Tekadku luar biasa. Bang Halim terus njagain aku. Dia bawa daypack yang isinya perlengkapan kesehatanku. Ada oksigen dan lain-lain, juga SB dan jas hujan. Semakin lama mendaki tingkat kecuraman semakin tinggi. Semakin capek semakin dingin. Kadar oksigen semakin berkurang dan aku semakin kesulitan bernafas. Tapi aku terus maksakan diri ditambah semangat dari teman-teman yang lain. Nggak usah dipaksa, sesampainya aja, kondisinya kayak gini, macet. Kata-kata itu terngiang-ngiang di telingaku. Banyak sekali pikiran-pikiran dalam kepalaku tentang segala macam resiko yang mungkin bakal ku hadapi. Apalagi beberapa kali ada pendaki yang dievakuasi karena cidera, karena hipotermia dan lain-lain. Ditambah lagi kami banyak menemukan semacam kuburan. Tahukah kalian itu semua berpengaruh pada mental dan fisik. Tapi aku terus menguatkan diri hingga sampailah kami di batas vegetasi. Kami sampai d trek pasir. Di trek pasir perjalanan semakin sulit. Karena yang diinjak benar-benar pasir dan bebatuan stabil yang siap jatuh menimpa kita kapan saja. Setiap kita melangkah 2 langkah kita pasti mundur setengah langkah. Perjalanan menjadi semakin lama dan semakin menguras tenaga didukung hujan abu yang semakin menggila dan suhu yang dinginnya menusuk tulang. Bang Halim menghampiriku dan bilang aku harus berhenti, jangan dipaksa, karena keadaanku mulai mengkhawatirkan. Akhirnya kami berdua memutuskan untuk berhenti. Setelah mencari tempat yang aman untuk istirahat dan meluruskan kaki, kami memakai jas hujan untuk mengurangi rasa dingin, dan membuka sleeping bag. Aku pun duduk menikmati dingin dan pemandangan di depan mata yang mulai terlihat samar karena matahari mulai muncul. Astaga. Bang Halim ketiduran. Aku segera membangunkan bang Halim karena khawatir bang Halim jatuh. Percaya atau tidak, kami istirahat di jalur pasir dan bebatuan yang debunya luar biasa dengan jurang di sisi kanan dan kiri kami. Jadi sangat bahaya ! kan nggak lucu kalau pendaki dari Banjarmasin jatuh ke jurang karena ketiduran. Hffff. kamipun segera pindah dan mencari tempat yang lebih aman. Tiba-tiba muncul mas Aryo. Lahh ternyata dia juga stop karena nggak tahan dingin. Ternyata dia juga asma. Nasib kita sama mas. Ckckck.
Perlahan, matahari mulai muncul. Semburat ungu..kemerahan dan jingga..muncullah matahari yang kehangatannya kami nantikan. Sangat cantik. Matahari pagi di 3676 mdpl. Matahari pagi di atas lautan awan. Subhanallah. Masya Allah. Dengan sisa tenaga, memaksa menguatkan diri dari suhu dingin yang sangat ekstrim kami mengabadikan momen yang sangat berharga ini. Setelah dirasa cukup hangat, kami pun turun ke basecamp Kalimati. Perjalanan kami santai. Menikmati setiap detik setiap jengkal keindahan ciptaanNya sepanjang perjalanan.
Sesampainya di basecamp, suasana sepi. Yang ada di tenda hanya Fajar dan Rajan. Rajan dan Endah tiba di basecamp malam sekitar jam 11an. Mereka menyusul dan ngebut hari itu juga dari Ranu Pane-Ranu Kumbolo-Kalimati. Gila. Semacam robot aja mereka berdua. Ckckck. Novian nggak ada di tenda karena ngambil air di satu-satunya sumber mata air di Kalimati, namanya Sumber Mani. Perjalanan ke mata air sekitar 30 menit. Di basecamp Kalimati ini juga ada pedagang kok. Aku dan bang Halim beli bakwan dan tahu yang rasanya aneeeh. Haha. Tapi lumayanlah buat ngganjal perut. Dan harganya, jangan ditanya. Mahal lah. Wkwk.
Siang entah tepatnya jam berapa teman kami yang summit mulai datang. Dan penampilan mereka memprihatinkan. Muka cemong-cemong karena debu dan abu vulkanik, baju dan celana kotor. Wow deh. Ya ampuuuuuunnnn…kasian. Terus mereka juga kehausan dan kelaparan. Yaiyalah, secara, kita mulai trek jam 2 atau jam 3 a.m. dan mereka baru nyampe basecamp Kalimati setelah tengah hari. Entah jam berapa mereka nyampe puncak Mahameru. Ya ampunnn..
Setelah semua anggota tim lengkap, kamipun makan siang dan beres-beres tenda untuk kembali ke Ranu Kumbolo sebelum besoknya kembali ke Ranu Pane dan kembali ke Jogja. Semangaaaaatttt. Kangen kasur. Hehe.
Rencana dan wacana beda tipis. Iya. Karena rencana awal kita balik ke Ranu Kumbolo siang ehh malah sore. Jadilah kami kemalaman di jalan. Tapi gapapalah kan turun juga jadi nggak terlalu capek. Sesampainya di Ranu Kumbolo kami bingung mau mendirikan camp dimana. Aku dan bang Halim sepakat untuk mendirikan camp bareng teman-teman dari Jogja tapi kami menjemput Aghan dan Nisa di lokasi camp awal. Ketika kami tiba di camp, Aghan dan Nisa langsung histeris. Ternyata mereka mengkhawatirkan kami. Kami pun bingung. Dan ternyata Julian di dalam tenda. Loh kok. Akhirnya berceritalah mereka.. ternyata, Julian ngantar Aghan sampai ke Kalimati dan kembali ke Ranu Kumbolo. Setelah istirahat Julian menyusul aku dan bang Halim ke Kalimati. Ya ampun. Robot jenis apalagi ini. Dan ternyata lagi, Julian nggak berhasil menemukan kami di Kalimati karena keadaannya memang seperti pengungsian. Dan dia muncak bareng rombongan pendaki lain. Aku dan bang Halim nggak percaya sampai dia ngelihatin fotonya. Ya ampun ternyata beneran. Aku dan bang Halim geleng-geleng kepala sambil ketawa konyol. Ahahahaah.
Akhirnya aku dan bang Halim memutuskan buat ngecamp di lokasi awal. Kamipun mengambil tenda dan carrier di lokasi tempat tim Jogja mendirikan tenda. Ya begitulah. Kami mendirikan tenda, masak, makan, istirahat, berbagi cerita, kedinginan dan tidur sampai pagi.
Minggu, 17 Mei 2015. Pagi datang kembali. Alhamdulillah masih diberi umur panjang. Aku bergegas keluar tenda lagi untuk mengabadikan momen Ranu kumbolo yang belum sempat aku abadikan kemarin. Ku puas-puaskan mataku memandang ciptaan Tuhan yang luar biasa dan ku hirup udara dingin yang menusuk tulang. Sekitar jam 10 a.m. kami semua bergegas kembali ke Ranu Pane melewati jalur ayak-ayak. Katanya sih jalurnya lebih pendek, tapiii wow. Perjalanan dari Ranu Pane-Ranu Kumbolo normalnya 4-6 jam, kalau lewat jalur Ayak-ayak katanya sih 2-4 jam. Katanya. Iya katanya. Yasudahlah kamipun mulai berjalan mendaki gunung lewati lembah. Ciaa ciaa ciaa. Dan berfoto sepanjang perjalanan. Capek? Ya istirahat. Simple kan? Kalau udah ilang capeknya ya lanjut jalan lagi. Karena satu-satunya cara untuk keluar dari hutan ini adalah dengan berjalan. Jadi kuatkan kaki, dan lebarkan langkah biar cepat sampai. Halahh.
Jalur ayak-ayak memang membuat kami berasa naik Mahameru 2 kali. Tapi nggak nyesal deh, pemandangannya..huaaaaaa Subhanallah luar biasa cantiiiiiiiiiiikkkkkk bangeetttttt ! bikin lupa sama capek. Hmmmhhh.
Setelah berjalan hampir 3 jam kami pun memasuki ladang kentang dan lain-lain. Loh kok, berasa di Dieng. Kamipun bertanya arah pada petani. Karena kami tak tau arah jalan pulang. Hadeh. Jalan teruuuuus sampai teler. Haha. Daaan akhirnya kami melihat Ranu Regulo. Wuaaa kita sampai di Ranu Pane. Alhamdulillah…. Semangat 45. Kami segera turun dan duduk istirahat. Mencari minum. Dan bergegas menuju jeep yang akan mengangkut kami ke pasar Tumpang. Kami ngejar kereta jam 08.30 p.m. Sementara teman-temanku dari Banjarmasin masih besok pagi berangkat ke Juanda dan terbang ke Banjarmasin. 2 jam kemudian kami sampai di pasar Tumpang. Dan perpisahan yang mengharukan pun terjadi. Huahh sediiiih rasanya. Peluk satu-satu dangsanakku dari Banjarmasin. Berelaan jer urang Banjar tuh. Akhirnya bang Halim, Julian, Aghan dan Nisa stay di pasar Tumpang sambil nunggu travel ke bandara. Sementara aku bergabung dengan teman-teman dari Jogja mencari angkutan menuju stasiun Malang. Sampai di stasiun kami kelaparan. Akhirnya kami memutuskan untuk makan di foodcourt seberang stasiun. Setelah kenyang, kami masuk ke stasiun. Wooow. Ini pertama kalinya aku naik kereta jarak jauh, meskipun kelas ekonomi. Tapi aku udah bahagia banget. Maklum di Kalimantan nggak ada kereta. Haha.
Kereta kami berangkat sekitar jam 8.30 p.m. dan jangan ditanya, sepanjang perjalanan menuju Jogja sudah pasti aku tidur meskipun posisi tidur sangat nggak nyaman. Carrier di bawah kursi, duduk berdua berhadapan, kaki terlipat. Ya ampun rasanya tersiksa banget. Ngeluh lagi deh. Ups.
Senin, 18 Mei 2015  Sekitar jam 4 a.m. kereta kami sampai di stasiun Tugu. Alhamdulillah nyampe Jogja lagi. Rasanya bahagiaaaa banget. Duh..
Aku di jemput Nofiar. Luar biasa. Dia  mau ngantar aku ke terminal travel Rosalia Indah di ring road selatan dan njemput aku di stasiun tugu jam 4 subuh, aaaa Fiaar..hugs hugs. Sodaraan sampe kakek nenek dah kita. Makasih fiaaar.
Sampai kos. Alhamdulillah. Lepas carrier, sepatu, bersih-bersih badan karena nggak mandi selama pendakian. Ehhh. Shalat dan tidur karena jam 12 p.m. ada kuliah STATISTIKA. Halloooo demi apa badan remuk gini kuliah statistika? Demi peradaban ilmu pengetahuan. Hohoo. Semangatlah. Semangattt karena waktu kuliah mukaku pucat dan sepulang kuliah aku langsung kuliner makan bakso Jumbo ditemenin Aini. Thanks Ai udah nemenin makan. Hehe. Maklum bawaan pulang dari gunung.
Andd I think that’s all. Terimakasih yang tak terhingga kepada Allah S.W.T. yang telah menjagaku dan tim. Terimakasih untuk ibu bapak atas doanya..maaf Ambar nggak izin..tapi Ambar pasti cerita setelah beberapa lama kemudian, hehe. Terimakasih kesayangan yang sudah dengan berat hati mengizinkan dan mendoakan ku, maaf yaa sering ngeselin. Terimakasih tim pendakian baik Kabloek Adventure maupun tim dari Banjarmasin, thank a lot. Perjalanan ini luar biasa dan tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku. Terimakasih kalian. Terimakasih juga Nofiaar..thanks sanak..luar biasa. Rakat bedangsanakan lah kita selawasan. Aamiin. Dan semua pihak yang tidak bisa aku sebutkan satu per satu. Thank you.
Pendakian kali ini benar-benar wow. Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Sedih, senang, capek, bahagia, ketawa, dan sebagainya.
Buat teman-teman yang keranjingan jadi pendakian kekinian mending nggak usahlah ya naik-naik gunung apalagi Semeru. Karena mendaki Semeru nggak segampang dalam film 5cm. Noooh makan tuh film 5cm. tapi buat kalian para pendaki sejati, Semeru recommended buat kalian. Karena Semeru jauh lebih cantik dari film 5cm. Buat para pendaki kekinian dan para pendaki sejati, kalau naik gunung jangan lupa bawa turun sampah kalian yaa. Dan ingat kode etik pecinta alam. Salam Lestari! #AmbarPertiwi#AmbarPertiwi
Sekedar catatan, budget pendakian kali ini yang dikoordinir bendahara sebanyak Rp 585.000,- dengan rincian sebagai berikut:
Tiket masuk taman nasional hari biasa 1 x Rp 16.500,-
Tiket masuk taman nasional hari libur 3 x Rp 22.500,-
Tiket bus Rosalia Indah 1 x Rp 120.000,-
Tiket kereta api Malioboro Express Ekonomi 1 x Rp 175.000,-
Jeep Ranu Pane-Tumpang 1 x Rp 65.000,-
Truk Tumpang-Ranu Pane 1 x Rp 40.000,-
Angkot dari Malang-pasar Tumpang dan pasar Tumpang-stasiun Malang
Logistik tim.
Belum termasuk belanja perlengkapan pribadi dan jajan selama perjalanan ya guys. Selamat merencanakan liburan kalian, semoga menyenangkan J

Kamis, 12 Februari 2015

Mt. Merapi 2930 mdpl via New Selo, Yogyakarta, November 15-16th, 2014

Hi ! Salam dari ketinggian 2930 mdpl, Mt. Merapi, Yogyakarta :)

Pendakian kali ini sudah terencana beberapa minggu sebelumnya. Mendekati hari H, aku sedikit ragu, karena kondisi badanku yang sebenarnya jauh dari kata "FIT" dan cuaca ekstrim yang sedang melanda Jogja. Tapi ku kekeuhkan hatiku. Kelas terakhir hari Jumat, teman-teman menanyakan dan mengkhawatirkanku, bahkan hingga menjelang keberangkatanku masih ada yang menanyakan dan menasehatiku supaya hati-hati dan baik-baik selama pendakian. Rasanya..tentu saja senang karena mereka cukup perhatian dengan hobiku yang satu ini. Mungkin karena jika dilihat dengan kasat mata, fisikly aku sama sekali nggak mencerminkan sosok yang punya hobi ekstrim, padahal,wkwk, semacam punya dua kepribadian. Di kampus aku so feminime dengan kostum kuliah yang cewek banget, sementara ketika aku di lapangan, berubah total, jadi diri sendiri, style cuek dan santai. Ckck. Oke, cukup, nggak perlu dibahas lagi :D
Rencananya, kami, 16 orang, berangkat dari Jogja jam 4 sore karena perjalanan menuju basecamp pendakian Merapi sekitar 4,5 jam via New Selo (desa terakhir di lereng Merapi, Boyolali-Jawa Tengah). Kenapa jauh-jauh lewat Boyolali sedangkan Merapi bisa lewat Jogja? Iyaaaa...karena jalur Cangkringan ditutup, makanya muter lewat Boyolali dan ke New Selo. Karena suatu hal, keberangkatan tim pendakian dibagi menjadi 2, tim pertama berangkat jam 4 sore dan sisanya setelah maghrib. Tapi rencana tinggal rencana, tim pertama nggak jadi berangkat duluan karena HUJAN. Iya, hujan. WEW. Akhirnya kami berangkat dari Jogja jam 08.30 malam menuju New Selo. Sepanjang perjalanan dingiiin, brrrrr. Mendekati New Selo mulai terlihat Gunung Merbabu dengan gagahnya dan di sebelahnya Gunung Merapi, Subhanallah. Aku benar-benar takjub dengan pemandangan ini, keindahan ciptaan Allah yang maha sempurna. Meskipun malam dan pemandangannya tidak terlalu jelas, aku tetap saja terbius dan terus-terusan mengagumi mereka di sepanjang perjalanan. Dan kali ini ku buktikan bahwa gambaranku waktu kecil berupa 2 gunung berjajar kemudian ada jalan dan sawah serta rumah penduduk ternyata benar-benar ada disini. Merapi-Merbabu, dan Sindoro-Sumbing. Subhanallah :) Sepanjang perjalanan aku mengamati Merapi dan Merbabu dari kejauhan. Merapi terlihat mengeluarkan asap sulfur, aku sedikit khawatir dan berdoa semoga semuanya baik-baik saja. Perjalanan menuju New Selo cukup ekstrim, perjalanan malam dengan medan meliuk-liuk, jalan selebar 2 truk yang berselisih, kalau luput, jatuh ke jurang, hiiiy seram. 
New Selo, Yeayyy :) Akhirnya. Seperti biasa, setiap sampai basecamp aku selalu mengamati keadaan sekitar, menikmati pemandangan di setiap helaan nafasku. Entah mengapa kali ini aku begitu excited, mungkin karena yang akan ku daki adalah Merapi, gunung aktif yang berbahaya, pernah memakan korban tanpa ampun, pokoknya bahaya, dan kalau aku pamit sama bapak dan ibu mau mendaki Merapi, aku berani jamin 100% mereka nggak bakal ngizinin, nah makanya itu aku nggak pamit, heheheee
Sesampainya di basecamp, mereka para cowok sibuk memarkir motor dan membereskan packingan, sementara kami para cewek duduk manis melepas lelah. Nggak adil ya? Ups, itulah istimewanya "perempuan", wkwk.
Setelah mengurus registrasi, bayar Rp 13.000,- @ individu, kami mulai mendaki. Karena harinya cukup dingin dan gerimis-gerimis, dengan cueknya aku makai celana jas hujan, jaket, buff, sarung tangan, lengkap, iyalah, nggak peduli mereka geleng-geleng kepala ngelihat kelakuanku :D
Oke, trek pertama jalan aspal menuju tulisan "NEW SELO", baru juga trek aspal udah pada ngos-ngos'an termasuk aku, gimana nggak, jalurnya itu langsung ng'trek curam, nggak ada landainya sama sekali, alhasil, harus pinter-pinter ngatur nafas, apalagi aku yang punya alergi dingin dan asma, ckckck. Sesampainya di tulisan NEW SELO, kami briefing dan berdoa, kemudian meneruskan perjalanan. Perjalanan malam yang cukup melelahkan dengan jalur berbatu, dingin, gerimis, senter sekarat, ckckck. Medan yang sulit dan cuaca yang tidak bersahabat sama sekali tidak mengganggu pikiranku untuk menyesal keluar dari zona nyaman dan kasur empuk di kos, entah kenapa aku begitu menikmati perjalanan ini. Semuanya terasa begitu menakjubkan dan aku tidak sabar menanti hari esok saat kedua kakiku ini berada di puncak Merapi, gunung berapi aktif yang FENOMENAL.
Pos bayangan, yeeeee. Ada shelter. Istirahatlah dulu sebentar...sampai ngantuk dan kedinginan baru lanjut trekking lagi. Pos 1, yeeee ada shelter lagi, istirahat  lagi sampai ngantuk dan kedinginan, wkwk. Nahhh menuju pos 2 ini senterku mulai redup. Oh no! ini karena aku nggak ng'charge sampai full, rasanya ada sedikit penyesalan kenapa cuma bawa 1 senter. Huuuhhh. Tapi yasudahlah, akhirnya aku ngikutin Bara dan mas Sulis, di belakangku ada Deby, Ridha dan Hary. Jadi kami ber-6 tim paling depan. Medan menuju pos 2 ini paling menantang. Trek nya 100% batu dan kami harus memanjatnya. Wah rasanya asik banget dan langsung terbesit di pikiranku gimana turunnya nanti yaa apalagi hujan, hfffff. Ah sudahlah jalani aja, pasti bisa koook :)
Pos 2, yeeeeee. Harinya mulai gerimis dan waktu sudah menunjukkan pukul 02.30 pagi. Kami segera mendirikan tenda dan menunggu anggota tim lainnya datang. Setelah tenda berdiri dan anggota tim yang lain datang, kami tidak segera tidur tapi kami menunggu sunrise. Iyaaa doong, kapan lagi, dan aku nggak akan menyiakan moment kayak gini :)
Sunrise pertamaku di ketinggian 2930 mdpl, Merapi !

Lihat, langitnya keren bangeeet. Subhanallah... Semuanya terekam jelas dalam ingatanku bagaimana langit berwarna keunguan sebagian, kemudian berubah menjadi agak jingga hingga warnanya berkombinasi menjadi warna...entahlah aku sulit mendeskripsikannya, yang jelas, langitnya sangat indah, langit terindah yang pernah aku lihat. Di tambah matahari yang mulai muncul malu-malu, berwarna jingga, seperti kuning telur, Allahu Akbar ! Subhanallah.. sangat indah..


 Tanpa menyiakan waktu, kami berfoto untuk mengabadikan moment luar biasa ini.
Moment yang nggak terlupakan itu, kami bertiga, aku-Ridha-Hary, kami putra-putri Borneo yang nggak nyangka bahwa kaki kami bakal sampai ke Merapi, menyusuri sisa erupsinya 4 tahun yang lalu. Rasanya itu nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Merapi, you're so amazing !
aku-Hary-Ridha
The beautiful sunrise..That's why..and that's one of my reasons...



Feeling so great and so free ! with Ridha


Sunrise Merapi :)
Upah trekking malam, cuaca dan medan ekstrim
bareng mas Sulis :D

Hallo Merapi..selamat pagiii :)
Hallo Merbabu...selamat pagiiii :)



Kebayang nggak sih, kita ngecamp diantara 2 gunung spektakuler. Rasanya itu...... :)





Lautan awannya bikin pengen tidur dan guling-guling di atasnya :D

Kakinya sih di Merapi..tapi backgroundnya Merbabu, kurang keren apalagi? Subhanallah..


Groufie bareng Ridha-Deby-Harry

masak di Merapi bareng Ridha


Selfie bareng Harry sebelum "summit attack"


Vandalisme !!!


See ! Bekas aliran lahar erupsi Merapi 2010 silam




jalur trek menuju Pasar Bubrah, bebatuan cadas

Nyempil di gua mini diantara gerimis Merapi

Bareng leader-Bara, adek Icad dan saudara seperjuangan dari bumi Borneo

i was here :)

batu cadas..suhu tinggi

cuaca cerah dan suhu yang tinggi tiba-tiba turun drastis dengan kabut dan gerimis yang menghalangi summit attack kami :(

groufie dengan jas hujan :D#gagal muncak euy, ckck

kabut tebal dengan jarak pandang terbatas, mengharuskan kami untuk kembali ke tenda :(

di depan tenda darurat, hanya berupa jalan setapak diantara jurang Merapi

groufie diantara hujan badai dalam perjalanan turun ke basecamp keberangkatan Merapi, New Selo

Yahh...begitulah cerita perjalananku kali ini. Meskipun gagal muncak, aku tetap bahagia karena setidaknya aku telah menginjakkan kaki mungilku di gunung fenomenal, salah satu gunung impian yang ingin ku daki. Merapi-Yogyakarta.
Harapanku semoga Merapi akan terus tidur tidak bangun lagi, kalaupun bangun jangan sampai melukai warga di sekitarnya. Semoga pendaki Merapi semakin berbudi luhur dengan tidak melakukan vandalisme, meninggalkan sampah dan mengambil sesuatu dari Merapi selain foto dan kenangan, dan semoga aku masih punya kesempatan untuk menginjakkan kaki di puncak tertinggi Merapi, puncak Garuda. Semoga. Aamiin.
Salam Lestari !